༼ つ ◕_◕ ༽つ Support us by disabling AD-BLOCKER!!!

Foto yang diambil pada hari Kamis, 3 Januari 2013 ini memperlihatkan kantor pusat Google di Mountain View, California

Foto: AP Photo/Marcio Jose Sanchez, Arsip

Google telah menaburkan beberapa bahan baru ke dalam mesin pencariannya dalam usahanya untuk mencegah informasi palsu dan saran pecarian yang ofensif mencemari hasil-hasil pencariannya.
Perubahan tersebut telah dikerjakan selama empat bulan, namun Google belum secara publik mendiskusikan sebagian besar dari perubahan itu hingga sekarang. Pengumuman lewat artikel blog hari Selasa mencerminkan rasa percaya diri Google bahwa sistem penyaringan yang baru yang dirancang untuk mengurangi peluang mesin pencarian yang sangat berpengaruh itu untuk mengangkat kisah-kisah yang tidak benar tentang orang dan kejadian, sebuah fenomena yang secara umum dikenal sebagai “kabar bohong.”
“Ini bukan sebuah permasalahan yang akan langsung menghilang, namun sekarang berpikir bahwa kita dapat berada selangkah di depan dari semuanya,” ujar Ben Gomes, wakil direktur rekayasa untuk pencarian di Google.
Meyempurnakan fitur ‘autocomplete’
Selain mengambil langkah-langkah untuk menghalangi kabar bohong muncul di hasil pencariannya, Google juga telah memprogram ulang fitur populer yang secara otomatis akan memprediksi apa yang dicari oleh orang berbarengan dengan pengetikan permintaan pencarian. Perangkat, yang disebut “autocomplete,” telah dirancang ulang untuk menghilangkan saran pencarian yang bersifat ofensif, seperti “apakah wanita itu batil,” atau rekomendasi yang mendorong kekerasan.
Google juga menambahkan opsi masukan yang akan memungkinkan para pengguna untuk mengajukan keluhan tentang saran autocomplete yang dapat menimbulkan keberatan dari pengguna sehingga manusia dapat mengulas kata-katanya.
Facebook, dimana kabar-kabar palsu dan semua berita bohong telah beredar secara luas di jejaring sosialnya, juga telah mencoba untuk memangkas gelombang informasi yang menyesatkan dengan bekerjasama bersama The Associated Press dan lembaga-lembaga berita lainnya untuk mengulas kabar-kabar yang dicurigai dan menegakkan kebenaran apabila perlu. Facebook juga telah memberikan kepada para penggunaanya yang hampir mencapai 2 milyar untuk mengidentifikasi unggahan yang dipercaya mengandung informasi palsu, sesuatu yang memungkinkan para pengguna mesin pencari Google untuk memberikan ulasan berita di hasil pencariannya.
Mengapa Google Peduli
Google mulai membidik berita-berita palsu akhir Desember setelah beberapa contoh informasi yang menyesatkan yang memalukan tampil di hampir puncak hasil mesin pencarinya. Antara lain, mesin pencari Google mengarah pada situs web yang melaporkan secara tidak benar bahwa Presiden-terpilih Donald Trump telah memenangkan popularitas suara pemilih di pemilu AS, dan Presiden Barack Obama merencanakan kudeta dan peristiwa Holocaust di Perang Dunia II tidak pernah terjadi.
Hanya sekitar 0,25 persen dari hasil pencarian Google yang dicemari oleh kepalsuan, ujar Gomes. Namun hasil tersebut masih cukup untuk mengancam integritas dari sebuah mesin pencari yang memproses milyaran permintaan pencarian per harinya sebagian besar karena mesin pencari tersebut dipandang sebagai sumbe informasi paling otoritatif di internet.
“Mereka memiliki kepentingan dalam hal ini, dalam kaitannya untuk melindungi reputasi,” ujar Lucy Dalglish, yang telah melacak alirah informasi palsu sebagai seorang dekan di jurusan jurnalisme di the University of Maryland. “Apabila keseluruhan model bisnis anda diandalkan untuk memberikan hasil pencarian terbaik, namun hasil yang disajikan adalah materi yang benar-benar sampah, bagaiamana dampakny pada anda?”
Untuk menanggulangi permasalahan ini, Google mulai merevisi algoritma yang dijaga ketat yang menghasilkan hasil pencarian untuk membantu 10.000 orang yang menilai kualitas dan kehandalan dari rekomendasi yang diberikan selama uji coba. Google juga menulis ulang buku pedoman setebal 140 halaman yang membantu para penilai kendali mutu dalam melakukan penilaian.

Google sebagai wasit

Melawan berita-berita palsu penuh tantangan karena dalam kasus-kasus tertentu apa yang dipandang sebagai benar-benar menyesatkan oleh satu orang dapat diinterpretasikan sebagai sesuatu yang sebagian besarnya benar oleh orang lain. Apabila Google, Facebook atau perusahaan-perusahaan lainnya mencoba untuk menghalangi informasi palsu atas kekeliruan dari penilaiannya, mereka berisiko dituduh melakukan penyensoran atau berat sebelah.

Namun tak berbuat apapun untuk melawan kabar-kabar bohong kemungkinan akan menimbulkan sakit kepala yang lebih parah lagi.

Apabila terlalu banyak informasi menyesatkan yang muncul di hasil pencarian Google, kerusakan yang ditimbulkan dapat berdampak lebih dari bahaya atas reputasi kehandalan yang telah dibangun selama ini. Kondisi ini juga dapat mengkhawatirkan para pengiklan yang benci akan risiko yang timbul, yang tidak menginginkan merek yang dimilikinya terkait dengan berita yang tidak dapat dipercaya, ujar Larry Chiagouris, seorang profesor jurusan pemasaran di Pace University, New York.

“Berita-berita palsu semakin tidak terkendali dalam pandangan sebagian orang, jadi para pengiklan semakin gelisah dengan keberadaannya,” ujar Chiagouris. “Apapun yang dapat dilakukan Google untuk menghalanginya dan mencegahnya agar tidak lepas kendali akan dipandang sebagai hal yang baik.”

Meskipun perusahaan itu juga menjual ruang iklan di layanan-layanan lainnya dan situs-situs web yang dimiliki secara independen, Google masih menghilangkan sebagian besar pendapatan dari tautan pemasaran yang diunggah disamping hasil pencariannya. Google menyatakan bahwa pendekatan yang baru tidak dimaksudkan untuk membungkam para pemasang iklan.
Src,Voaindonesia

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating / 5. Vote count:

No votes so far! Be the first to rate this post.